Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan tidak akan menggunakan cara-cara yang dilakukan negara lain dalam memberantas militan Negara Islam Irak dan Suriah (IS/ISIS). Indonesia, kata Luhut, punya cara sendiri.
Pendekatan yang selama ini dilakukan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Rusia yang kerap menggunakan serangan militer dalam memberangus IS/ISIS di Suriah, menurut Luhut, tak pernah membuahkan hasil baik.
"Kami (pemerintah Indonesia) melihat penanganan militer selalu tidak berhasil. Kami menggunakan cara lunak dengan mengedepankan pendekatan agama dan budaya," kata Luhut saat menggelar pertemuan dengan jajaran Pemerintah Provinsi Banten di Serang, Senin (29/2), sebagaimana dilansir CNN Indonesia.
Menurut Luhut, pemerintah Indonesia sebelumnya juga sempat diajak Arab Saudi untuk bergabung ke dalam aliansi militer untuk mengatasi penyebaran IS/ISIS. Namun Indonesia menolak tawaran itu.
"Kedamaian itu tidak bisa dilakukan dengan cara-cara yang dipakai di Timur Tengah sana," ujar Luhut.
Pendekatan yang dipilih Indonesia, sambung Luhut, tak bisa hanya mengandalkan peran pemerintah semata. Keterlibatan masyarakat khususnya tokoh agama pun penting dalam mencegah radikalisme.
"Peran alim ulama menjadi penting. Pejabat daerah harus bersatu memberikan penjelasan. Kami ingin negara ini aman dan pembangunan berjalan bagus," kata Luhut.
Tiga kelompok "Kunci"
Luhut memetakan aksi terorisme dan penyebaran paham radikalisme didukung oleh tiga kekuatan, yaitu kelompok ideolog, militan, dan simpatisan. Penanganan terhadap ketiganya dilakukan secara berbeda.
"Pencegahan radikalisme tidak bisa dilakukan oleh satu kementerian, tapi harus ada pendekatan agama, psikologi, pendidikan. Harus dilakukan bersama sehingga semua berjalan baik," kata Luhut.
Pada kesempatan berbeda, Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Banten AM Romli mengatakan, persoalan radikalisme harus ditangani dengan memecahkan persoalan sosial ekonomi masyarakat. Jika penanganan hanya dilakukan secara elitis dari pemerintah pusat, radikalisme tidak akan teratasi.
"Yang penting bagi kami sawahnya sudah digarap atau belum. Kalau rakyat ketahanannya kuat, maka ide radikalisme susah berkembang. Kalau tidak, jangan aneh kalau radikalisme terus berkembang," ujar Romli.
Sejumlah organisasi keagamaan di Banten seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah juga berpatisipasi dalam pencegahan radikalisme. Namun persoalannya, kata Romli, mereka kekurangan dana.
Sumber: CNN Indonesia
JOIN