Pengelola Pondok Pesantren Ngruki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tak tinggal diam dituduh mengajarkan radikalisme, dan kantong pemasok teroris. Tuduhan semacam itu dianggap tidak proporsional dan profesional, hingga menyesatkan orang banyak.
''Mereka yang suka menuduh-nuduh semacam itu, musti belajar positif thinking. Dan, orang-orang di BNPT mesti juga belajar meluruskan diri,'' kata KH Taufik Usman, Ketua Yayasan Al Mukmin dilansir Republika, Rabu (3/2).
Taufik juga menyarankan, orang-orang BNPT juga perlu belajar kearifan dalam setiap melepas statemen. Kalau mereka gampang menuduh pesantren pemasok teroris, tentu kurang kecukupan data. Buru-buru dalam membuat konklusi.
Menurut Taufik, Al Mukmin tidak menutup diri, dan tertutup kepada siapapun yang hendak masuk. Atau datang.
''Artinya, datang untuk membuktikan apakah stigma yang selama ini yang ditujukan kepada lembaga itu sebagai yang benar. Mustinya, orang menuduh itu perlu klarifikasi, check and recheck, tabayyun. Sehingga tuduhan itu tidak menjadi fitnah.''
Taufik prihatin dengan pihak yang suka menuduh tanpa fakta dan data yang kuat.
''Ini namanya asal nuduh. Tidak mempunyai kecukupan data untuk membuat kesimpulan. Prasangka. Tidak berhukum. Asal bunyi,'' jelasnya.
Menurut Taufik, BNPT musti menampilkan paradigma baru dalam era sekarang. Yakni, paradigma yang tidak larut dalam membuat stigma. Kalau membuat stigma musti diperbaiki. Butuh kecukupan data. Butuh kearifan. Tidak membuat kegaduhan.
Ia menambahkan, Pesantern Al Mukmin membuka gerbang bagi siapa saja yang datang. Datang untuk klarifikasi, atau tinggal berapa lama di sini untuk mengetahui proses pembelajaran di sini.
''Apakah di sini ada kurikulum cara merakit bom, mercon. Atau jangan-jangan ini pesantrennya Pentagon?'' ungkapnya.
Diakuinya, selama ini Pesantren Al Mukmin selalu menyandang tuduhan semacam. Tuduhan demi tudingan silih berganti. Setiap ada aksi pengeboman, teroris, selalu dikaitkan. Menuduh sama dengan fitnah. */ROL
JOIN