PARIS - Hanya berselang beberapa bulan dari insiden Charlie Hebdo, Perancis kembali diguncang rangkaian serangan teror yang menewaskan setidaknya 120 jiwa di Paris pada Jumat (13/11). Belum diketahui siapa
Sehari setelahnya, Sabtu (14/11), ISIS mengunggah video berisi ancaman jika Perancis tetap melancarkan serangan terhadap kelompok militan tersebut, negara pimpinan Presiden Francois Holande itu tidak akan hidup tenang.
Perancis memang tergabung dalam koalisi di bawah komando Amerika Serikat yang melancarkan serangan udara untuk menggempur ISIS sejak tahun lalu.
"Selama kalian masih mengebom, kalian tidak akan hidup dalam damai. Kalian bahkan akan takut pergi ke pasar," ujar seorang militan berjanggut dengan bahasa Arab dalam video yang dilansir oleh media sayap ISIS, Al-Hayat Media Centre, seperti dikutip Reuters.
ISIS juga melansir video berisi seruan kepada umat Muslim yang tak dapat terbang ke Suriah untuk melakukan serangan di Perancis.
"Kalian sudah dieprintahkan untuk melawan kaum kafir di manapun kalian menemukannya. Apa yang kalian tunggu? Ada senjata dan mobil tersedia dan target siap diserang," ujar militan dalam video tersebut.
Didukung oleh beberapa militan lain di belakangnya, pria itu kembali berkata, "Bahkan racun juga tersedia. Racuni air dan makanan dari setidaknya salah satu musuh Allah."
Hingga kini, belum diketahui pasti siapa dalang di balik rangkaian serangan ini. Namun menurut Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, serangan tersebut menunjukkan pentingnya koordinasi internasional yang lebih kuat untuk melawan ISIS.
Seperti dilansir Reuters, hal tersebut disampaikan Fabius sebelum berangkat ke Austria untuk bertemu dengan beberapa petinggi negara lain guna membicarakan upaya rekonsiliasi di Suriah.
"Salah satu hal yang akan dibahas dalam pertemuan di Wina adalah untuk memperkuat perlawanan internasional melawan ISIS," ujar Fabius.
REUTERS
JOIN