
LIBYA - Negara-negara yang menyatakan perang terhadap Negara Islam (ISIS) semakin kesulitan menggempur kelompok militan IS. Hal ini menyusul kontrol ISIS di wilayah Libya yang semakin tak terbendung memperluas kekuasaannya.
Analis intelejen anti-terorisme, Patrick Prior mengatakan ISIS saat ini yang telah mengontrol sebuah kota pelabuhan di Utara Libya, Sirte. Langkah tersebut diyakini intelijen sebagai rencana cadangan IS.
Ia menilai Sirte dapat dijadikan markas berikutnya bagi IS untuk terus memberikan perlawanan.
"Libya adalah afiliasi yang paling kita khawatirkan," ungkap Patrick Prior seperti dikutip New York Times, Ahad (29/11).
Patrick menjelaskan kekhawatiran tersebut muncul lantaran belum berjalannya pemerintahan "resmi" yang efektif di Libya. Hal ini dinilai bakal memudahkan ISIS untuk mengambil alih kontrol militer.
"Tidak ada negara di sekitar Libya bisa memberikan intervensi militer yang kuat kepada ISIS," kata Patrick.
Sebelumnya, militer IS telah menguasai kontrol disekitar 150 mil laut pantai mediternia di sekitar Sirte. Kontrol tersebut didapat mulai dari kota Abugrein dan Nawfalia di sebelah timur.
Kepindahan ke Sirteitu, kata Patrick, akan memberikan IS tambahan senjata kepada IS. Belum lagi, katanya, kontrol terhadap kilang minyak yang berada di Libya.
JOIN