Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia akan menempatkan 40 rudal nuklir antarbenua (ICBM) ke posisi strategis sepanjang 2015.
Berbicara pada pembukaan Army-2015 Expo, forum militer internasional yang digelar di Moskwa, Putin mengatakan; "Rusia akan memiliki 40 rudal balistik antarbenua yang mampu menembus pertahanan rudal paling canggih."
Putin menambahkan Rusia akan memberi perhatian khusus pada realisasi program modernisasi persenjataan dan industri militer besar-besaran.
Selain 40 ICBM, Rusia akan menguji stasiun radar yang mampu mendeteksi serangan jauh ke luar horizon sasaran udara. Sistem radar ini akan diarahkan ke barat, dan timur.
Wakil Menhan Rusia mengatakan NATO memprovokasi Rusia untuk kembali melakukan perlombaan senjata. Provokasi NATO dimulai ketika AS menepatkan jet tempur F-22 di Eropa Timur.
"AS juga berencana menempatkan rudal jarak pendeknya di sejumlah negara Eropa Timur, dan sedang mempertimbangkan menimun senjata berata di salah satu negara Baltik dan Polandia," demikian Antonov seperti dikutip Russia Today.
"Sepertinya, NATO mendorong Rusia ke perlombaan senjata," Antonov mengakhiri.
NATO Mengutuk
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengutuk langkah Rusia memperkuat persenjataan nuklir, dengan menempatkan 40 rudal antarbenua (ICBM) versi tercanggih di posisi strategis.
Sekjen NATO Jens Stolltenberg mengatakan Rusia sedang menggertak, dan itu tidak dibenarkan karena membuat situasi tidak stabil dan berbahaya.
"Inilah alasan mengapa kami meningkatkan kesiapan pasukan," ujar Stolltenberg seperti dikutip BBC.co.uk.
Pernyataan NATO muncul beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan penggelaran 40 rudal antabenua (ICBM) paling canggih di posisi strategis. Rudal baru ini, menurut Putin, mampu menerobos sistem pertahanan paling canggih.
Di AS, Menlu John Kerry menyatakan prihatin atas keputusan Putin menggelar rudal-rudal baru. Menurut Kerry, keputusan itu bertentangan dengan kesepakatan penghancuran senjata nuklir di bekas wilayah Uni Soviet.
"Ini terjadi karena kekhawatiran Rusia terhadap gerakan militer NATO," ujarnya.
"Namun tidak seorang pun harus mendengar pengumuman seperti itu dari seorang pemimpin negara yang kuat," ujar Kerry. "Putin seolah tidak khawatir terhadap implikasi kebijakannya."
JOIN