TRENDING TOPIC #PARIS ATTACK #USA vs RUSSIA #MOST VIDEO
Follow

atjehcyber thumbkanan

rental mobil di aceh, rental mobil aceh, jasa rental mobil aceh, sewa mobil di aceh, rental mobil banda aceh, sewa mobil di banda aceh

atjehcyber stick

Malaka, Kawasan Penting Penyebaran Islam Asia Tenggara

Tuesday, June 23, 2015 22:39 WIB

Dibaca:   kali

atjehcyber, atjeh cyber, atjeh news, atjeh media, atjeh online, atjeh warrior, acehcyber, aceh cyber, aceh warrior, aceh cyber online, atjeh cyber warrior

Dua tokoh penting pasukan Kesultanan Aceh, yaitu Panglima Pidi dan Syamsudin Al Sumatarani, wafat.

Negeri Malaka di Malaysia merupakan salah satu wilayah penting dalam penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara.

Sejak didirikan, Kesultanan Malaka mendapatkan pengaruh dari para pedagang Arab, India, dan Cina sekitar abad ke-14 dan ke-15. Maklum, Malaka merupakan kota pelabuhan dan lokasi perdagangan nan strategis.

“Pedagang dari India dan Arab itu mengajarkan Islam ke kesultanan yang ada di Malaka, kemudian menyebar ke Trengganu, Pahang, Johor,” jelas Profesor Zainal Kling, pakar sejarah Islam dari Universitas Malaya, Malaysia, kepada jurnalis BBC Indonesia, Sri Lestari.

Selain ke Semenanjung Malaya, Islam dari Kesultanan Malaka menyebar ke Sumatera dan Kalimantan. Hal ini, menurut Profesor Zainal Kling, tidak lepas dari latar belakang pendiri Kesultanan Malaka.

Ekspansi militer Acek ke Semenanjung Malaysia

Kesultanan Malaka didirikan oleh Parameswara, yang merupakan orang Melayu beragama Hindu keturunan Raja Sriwijaya. Parameswara lalu mengganti nama menjadi Muhamad Iskandar Syah setelah masuk Islam.

Sultan Iskandar Syah lantas menguatkan relasi dengan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah yang kini menjadi Indonesia dengan menikahi putri dari Kerajaan Samudera Pasai di Aceh.

Pasukan Aceh

Tetapi, kejayaan Kesultanan Malaka ini tidak bertahan lama setelah datangnya pasukan Portugis dan Inggris pada 1511. Akibatnya, wilayah ini menjadi pusat pemerintahan kolonial.

Zainal mengatakan setelah diduduki Portugis, Inggris kemudian Belanda, Kesultanan Malaka pun runtuh. Pemimpin terakhirnya, Sultan Mahmud, melarikan diri ke Pahang lalu ke Johor. Dia meninggal pada 1628.

"Keturunan langsung Sultan Malaka sempat berkuasa di Pahang dan Johor tetapi kemudian putus juga diganti dengan keturunan para temenggungnya," jelas Zainal.

Makam Syamsudin Al Sumatarani, orang Aceh yang tewas ketika melawan penjajahan Portugis di Kesultanan Malaka.

Ketika Malaka berada dalam kekuasaan penjajah, pasukan Aceh pernah berupaya untuk menyerang kekuasaan Portugis. Namun, itu pun berakhir dengan kekalahan Aceh.

Dua tokoh penting pasukan Kesultanan Aceh, yaitu Panglima Pidi dan Syamsudin Al Sumatarani, wafat. Jasad Panglima Pidi dimakamkan di Bukit Cina, sementara Syamsudin Al Sumatarani di Kampung Ketek di Malaka.

Sejak penjajahan itu pula banyak pendatang dari Cina masuk yang dikenal dengan sebutan Babah dan Nyonya. Hingga kini jejak para pendatang dapat disaksikan melalui arsitektur kawasan kota tua Malaka.

Tak hanya itu, keragaman agama, budaya dan suku, toleransi beragama dapat langsung dirasakan.

Dua masjid tertua di Malaka, yaitu Kampung Hulu dan Kampung Kling, terletak di tengah-tengah permukiman etnis Cina. Di depan masjid, warung pun tetap diijinkan buka pada saat Ramadan.
KOMENTAR
DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.
Artikel Pilihan Pembaca :

mobile=show

Copyright © 2015 ATJEHCYBER — All Rights Reserved