
Diskriminasi, rasisme dan Islamofobia masih kental terasa di Amerika Serikat. Salah satunya dialami oleh seorang Muslimah saat berada di pesawat United Airlines, seperti diberitakan CNN, Minggu (31/5).
Saat itu m 31, tengah terbang ke Chicago dari Washington untuk menghadiri dialog antara pemuda Palestina dan Israel.
Di tengah penerbangan, wanita berjilbab ini meminta minuman bersoda yang masih dalam kemasan kaleng demi alasan kebersihan. Namun, dia malah diberikan minuman bersoda yang telah dituangkan ke dalam gelas. Sementara, seorang pria di dekatnya diberikan sebuah bir dalam kaleng utuh.
Ahmed mempertanyakan hal ini, dan jawaban pramugari membuatnya terhenyak.
"Kami tidak diperbolehkan memberikan kaleng yang belum dibuka karena bisa digunakan sebagai senjata," ujar Tahera, menirukan perkataan pramugari, seperti yang dia sampaikan dalam akun Facebooknya.
Tahera lantas meminta dukungan dari penumpang lainnya, menanyakan soal sikap pramugari tersebut. Namun jawaban penumpang lainnya justru semakin membuatnya terpukul.
"Karena kau Muslim, kau seharusnya tutup mulutmu!" kata seorang penumpang wanita, menggunakan kata kasar.
Lalu seorang penumpang pria tiba-tiba mendekatinya, dan mengatakan kata-kata yang tidak kalah kasarnya. "Ya, kau bisa menggunakannya sebagai senjata. Jadi tutup mulutmu," tulis Tahera, menceritakannya kembali.
Kejadian itu, ditambah tidak adanya dukungan terhadap dirinya di atas pesawat, membuat Tahera tidak berdaya dan hanya bisa menangis.
"Saya hanya bisa menangis, karena saya kira mereka akan membela saya. Beberapa orang hanya melihat," ujar Tahera.
Status facebook, Tahera |
Peristiwa ini memicu kecaman dan dukungan dari para pengguna sosial media. Bahkan di Twitter muncul hashtag dukungan untuk Tahera, yaitu #unitedfortahera. Seruan boikot United Airlines juga berdatangan.
"Saya ingin @united tahu bahwa kami jijik dengan kebencian ini," tulis Suhaib Webb, salah seorang imam di Amerika dalam akun Twitternya.
Dalam pernyataannya, juru bicara United Charles Hobart mengatakan bahwa maskapainya menyesalkan peristiwa itu. Dia juga menegaskan bahwa United mendukung keragaman dan menentang diskriminasi.
Hobart juga menyatakan akan bertemu dengan Tahera untuk membicarakan masalah ini. Namun Tahera mengatakan belum mendapatkan panggilan apapun dari United.
"Ini bukan tentang United Airlines. Ini tentang kebencian dan rasisme dan negara ini tengah melalui masa sulit saat ini. Dr. Martin Luther King Jr. dan yang lainnya telah bekerja keras agar warga Amerika tidak menilai orang lain berdasarkan warga kulit, agama atau etnis, tapi sepertinya kita masih mengalaminya," kata Tahera.
Tahera adalah salah satu tokoh Muslimah paling berpengaruh di AS, berdasarkan Northwestern University. Dia juga pernah diundang oleh Presiden Obama dalam acara buka puasa di Gedung Putih.
Wanita kelahiran India yang besar di Illinois ini telah mendapatkan perlakuan kasar sejak Islam disudutkan usai serangan teroris 11 September 2001. Tahera pernah diludahi di jalan dan ditarik hingga robek jilbabnya.
Perlakuan terhadap Tahera adalah gambaran umum yang banyak ditemui di negara itu.
Menurut survei nasional oleh Pew Research Center tahun 2013, Muslim Amerika lebih banyak menderita diskriminasi ketimbang kelompok lainnya, termasuk gay, lesbian, hispanik, Afrika Amerika atau wanita. Survei menyebutkan, 45 persen responden mengatakan Muslim Amerika menghadapi "banyak" diskriminasi, dan 28 persen mengatakan bahwa Muslim adalah objek dari diskriminasi.
JOIN