Lukisan itu sama sekali tak indah. Cakrawala merah darah dan dataran yang biru. Sosok manusia yang digambarkan di sana, di tengah jembatan, sedang menempelkan kedua tangan di pipi. Wajahnya mengekspresikan kekhawatiran. Kengerian.
Sejumlah orang mencibir, 'The Scream' itu mirip gambar anak TK atau SD. Namun, fakta berkata lain. Pada 2 Mei 2012, lukisan pastel karya pelukis ekspresionis Norwegia, Edvard Munch itu laku terjual seharga US$120 juta atau jika dirupiahkan saat ini nilainya mencapai Rp 1,5 triliun di rumah lelang Sotheby's, New York. Luar biasa!
Lukisan yang diperkirakan dibuat tahun 1893 itu dianggap oleh banyak orang sebagai karya Edvard Munch yang paling penting. Ada yang menginterpretasikan, ia melambangkan manusia modern yang tercekam oleh serangan angst -- kecemasan eksistensial.
Lukisan berharga selangit tersebut judul aslinya adalah Der Schrei der Natur: Jeritan alam.
"Saya sedang berjalan di sebuah jalan kecil dengan dua orang teman -- matahari sedang tenggelam --mendadak langit berubah menjadi merah darah. Saya berhenti, merasa lelah, dan bersandar di pagar, di atas fjord dan kota yang biru kehitaman, tampak darah dan lidah-lidah api," demikian puisi yang ditulis Much di bingkai karyanya itu, mendeskripsikan arti lukisannya.
"Teman-teman berjalan terus, dan saya berdiri di sana, gemetar, dan diliputi rasa cemas. Dan saya merasakan jeritan yang tidak henti-hentinya melintas di alam raya."
Mengapa langit di lukisan itu merah darah? Seperti dikutip dari CNN, para astronom punya prediksi kuat soal itu.
Donald Olson, fisikawan astronomi dari Texas State University menyebutkan, hal tersebut diduga kuat berkaitan dengan fenomena alam sebelumnya, letusan dahsyat Gunung Krakatau di Indonesia pada 1883 -- yang memuntahkan material vulkanik ke angkasa.
"Yang membuat senja terlihat merah di Eropa dari November 1883 hingga Februari 1884," kata dia.
Sang ilmuwan juga melakukan napak tilas ke titik yang digambarkan sang maestro dalam lukisannya. Untuk mengetahui sudut pandang Much saat melukis 'The Scream'.
"Dengan itu kami mengetahui bahwa Munch sedang menatap ke barat daya -- persis ke arah di mana senja terlihat merah akibat letusan Krakatau pada musim dingin 1883-1884," kata dia. Saat melukis, pikirannya mungkin melayang ke masa itu.
Bisa jadi, lukisan yang suram juga menggambarkan kehidupan pelukisnya di masa sebelumnya. Edvard Munch kehilangan ibunya pada 1868, lalu saudara perempuannya pada 1877.
Selain 'The Scream' yang berharga selangit, tanggal 2 Mei diingat sebagai momentum kejadian bersejarah. Pada 1952, jet pertama di dunia De Havilland Comet, melakukan penerbangan perdana dari London ke Johannesburg.
Sementara, pada 1986, seluruh warga Chernobyl dievakuasi, 6 hari pascaluruhnya reaktor nuklir yang ada di sana.
Lip6
JOIN