Jakarta - Gas Generator keluaran SMK Langsa 2 Aceh yang bisa menghemat Bahan Bakar Minyak (BBM) di mobil atau WaVe++SMK sudah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir. Per unitnya alat itu dijual seharga Rp 3,8 juta.
Demikian disampaikan Kepala Sekolah SMK 2 Langsa Aceh Makmur Lingga di kantor detikcom, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Jumat (10/2/2012).
"WaVe++SMK bisa diaplikasikan ke semua jenis kendaraan bermotor roda 4 sampai roda 12. Dan ini sudah diuji selama 2 tahun belakangan ini ke berbagai jenis merek dan kendaraan," ujarnya.
Bahkan pihaknya sempat menguji alat ini ke luar negeri dan mendapatkan tanggapan positif.
Makmur menceritakan ada pengguna mobil yang mobilnya tadinya memiliki konsumsi BBM 1:10, kini mencapai 1:15, 1:16 dan 1:20 tergantung cara mengemudinya.
Untuk menekan subsidi BBM pemerintah berencana melakukan konversi ke gas atau menaikkan harga BBM. Menurut Makmur konversi ke gas sangat mahal karena membutuhkan infrastruktur baru.
"Kalau pun konverternya sudah ada, dapat gasnya dari mana. Kami pikir teknologi ini jauh lebih realistis daripada kita harus mengganti BBM ke gas dengan tiba-tiba," ujarnya.
Cara Kerja Teknologi Penghemat BBM SMK 2 Langsa
Teknologi penghemat BBM dengan menggunakan gas hidrogen yang dipecah dari molekul air memang bukan teknologi baru. Namun tidak ada yang praktis seperti yang digarap siswa SMK 2 Langsa Aceh.

"Banyak yang menyangka ini teknologi baru padahal bukan, teknologinya sudah lama, namun tidak berkembang. Itu memang sengaja ditahan, tetapi yang pasti seluruh dunia sedang mengembangkan ini," ujarnya.
Jika kita melakukan penelusuran singkat di internet, riset tentang gas hidrogen sebagai bahan bakar sangat banyak. Sebut saja gas Brown, atau HHO. Di pasaran lokal pun sebenarnya sudah banyak yang mengeluarkan alat ini.
"Di seluruh dunia dikenal HHO, gas Brown, di seluruh dunia ada, cuma belum ada yang seditel ini," ujar Win Wan Nur, peneliti jebolan Universitas Syah Kuala dari Green Energy Institute yang mendampingi SMK 2 Langsa mengembangkan alat pengirit BBM ini.
Teknologi hidrogen ini menurutnya sudah open source, siapa pun bisa mengembangkannya. "Karena ini kan dikembangkan oleh Stanley Meyer, yang ketika meninggal, diwasiatkan teknologi ini jangan dipatenkan agar bisa dikembangkan dan kita salah satunya yang mengembangkan," ujarnya.
"Kenapa menggaet SMK, karena untuk aplikasi ke mobil butuh keahlian anak SMK ada otomotif, listrik, mekanik dan lainnya," ujarnya.
Sebenarnya bagaimana cara kerja generator gas hidrogen dari air yang dinamai WaVe++SMK? WaVe sendiri merupakan singkatan dari Water as a Vehicle's Fuel, mengacu pada fungsi alat tersebut yang menjadikan air sebagai bahan bakar.
Intinya gas hidrogen yang dihasilkan dari pemecahan molekul air akan masuk bersama ke intake manifold mesin.
Di ruang bakar mesin yang biasanya hanya ada udara kini bercampur dengan hidrogen, dengan angka oktan yang tinggi dari hidrogen, piston di ruang bakar pun akan bergerak lebih cepat dan membuat pembakaran lebih sempurna dan emisi pun rendah.
"Gas hidrogen ini kan oktannya tinggi bisa 130, tapi sebenarnya harus ada perhitungan lain karena oktan itu kan perbandingan karbon, hidrogen dan oksigen. Ini gas hidrogen HHO ini tidak ada karbonnya, tetapi karena oktannya tinggi membantu bahan bakar terbakar lebih sempurna, biasanya kalau oktan rendah, minimal 30 persen bahan bakarnya menjadi emisi. Tetapi kalau ini bahan bakar habis, maka emisinya turun," paparnya.
Beberapa pengguna yang sudah menjajal WaVe++SMK mendapati jarak tempuh kendaraannya bisa naik sampai 2 kali lipat.
"Rata-rata pengguna WaVe++SMK mendapatkan jarak tempuh liter per kilometernya antara 40-60 persen," ujar Makmur.
Terkait :
Terkait :
|
JOIN