Komoditi Unggulan |
“Ini harapan terbesar kita. Kalau tidak, apa yang dibangun selama ini akan sia-sia.”
Harian Aceh – Provinsi Aceh dinilai memiliki potensi pertanian terbaik di dunia. Tiga jenis komoditi pertanian dianggap memiliki prospek paling bagus dan paling di incar pasar international di daerah paling barat Indonesia ini, adalah kopi, kakao, dan nilam.
“Namun, sektor ini belum berkembang secara baik, sehingga hasil yang diharapkan belum tercapai secara optimal. Oleh karena itu, keberadaan kami di Aceh selama ini, termasuk untuk menggairahkan potensi ketiga hal ini. Dan kita berharap tiga jenis komoditi unggulan tadi akan mampu bersaing di kemudian hari,” kata Deputi Multi Donor Fund (MDF) untuk Aceh dan Nias, Safriza Sofyan ketika bersiraturahmi dengan jajaran Redaksi Harian Aceh di Desa Lambhuk, Rabu(28/12).
Menurut dia, komoditi kakao tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Aceh, terutama di wilayah pantai timur dan utara. Sedangkan komoditi unggulan kopi terdapat di Aceh bagian tengah. Selanjutnya, komoditi nilam terdapat di pesisir barat-selatan, seperti Aceh Jaya, Aceh Barat dan Aceh Selatan.
Sebelum pihaknya menyentuh ketiga komoditi tadi, lanjut dia, masyarakat masih mengembangkannya secara tradisional. Imbasnya, hasil produksi belum begitu memuaskan, sehingga membuat semangat para petani cenderung menurun dalam memelihara ketiga komoditi unggulan ini.
Aceh merupakan daerah nomor satu penghasil nilam dan menduduki kualitas terbaik. Faktor itulah yang menjadikan Aceh sebagai penopang utama Indonesia sebagai pemasok minyak nilam terbesar di Pasar internasional.
Kebutuhan minyak nilam dunia yang dipasok Indonesia ke pasaran internasional sebesar 80 persen dan 70 persennya berasal dari Aceh. Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika.
”Kita (MDF, Red) melalui mitra kerja, seperti pemerintah dan LSM mencoba memberikan pelatihan, penguatan produksi hingga ke pendampingan distribusi. Alhamdulillah, selama ini sudah ada pembaikan,” lanjut Safriza.
Sementara itu, Puri Ayu Indrayanto, Comunications dan Ekternal Relations Officer MDF menambahkan, pihaknya juga telah membangun resi gudang kopi untuk masyarakat Aceh bagian tengah. Gudang tersebut merupakan yang pertama di Indonesia serta bertujuan untuk mengatasi persoalan ketergantungan petani kopi Aceh pada pengumpul dari Medan.
“Dengan adanya resi gudang ini, petani bisa mendapatkan pinjaman untuk merawat kebun mereka dan mencegah ketergantungan berkelanjutan antara petani kopi dataran tinggi Gayo pada pengumpul di Medan,” jelas dia.
Saat ini, tambah dia, pihak MDF sendiri hanya memiliki masa kerja 13 bulan lagi di Aceh. MDF berharap pemerintah daerah dapat meneruskan program-program yang selama ini dijalankan pihaknya, sehingga ketiga jenis komoditi unggulan tadi dapat bersaing di tingkat internasional nantinya. “Ini harapan terbesar kita. Kalau tidak, apa yang dibangun selama ini akan sia-sia,” sebutnya.(mrd/HA)
|
JOIN