Baghdad - Pasukan Irak menghujani kota terkuat militan Islamic State (IS), Fallujah, dengan tembakan artileri pada hari kedua serangan untuk membebaskan kota basis Muslim Sunni itu pada Selasa, 24 Mei. Serangan gencar tersebut membuat dunia internasional khawatir akan jatuhnya korban dari warga sipil yang masih berada di dalam kota.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah organisasi kemanusiaan internasional meminta semua pihak memperhatikan nasib sekitar 50 ribu warga sipil yang terperangkap diFallujah.
Berbicara kepada Al Jazeera dari Bagdad, Becky Bakr Abdulla dari Dewan Pengungsi Norwegia mengulangi kembali seruan kepada semua pihak agar membawa pergi keluarga yang masih berada di Fallujah. Kawasan yang dikuasai IS itu dihujani mortir dan bom jet Irak tempur sejak Senin, 23 Mei 2016.
"Warga pada dasarnya sanggup bertahan dengan kurma kering dan air dari sungai," kata Abdulla. "Mereka saat ini hanya mengenakan pakaian yang menempel di badan dan perlu upaya menyelamatkan anak-anak mereka."
Abdulla menjelaskan, banyak di antara mereka berhasil meloloskan diri dari kota di Provinsi Anbar itu dengan berjalan kaki sepanjang 30 kilometer dan selamat ketika berada di pos penjagaan.
Meskipun serangan sengit baru dilancarkan pada Senin, 23 Mei 2016, pasukan pemerintah Irak berhasil menguasai kota dan beberapa daerah pinggiran. Namun kawasan ini sekarang dilanda kekurangan makanan dan obat-obatan.
"Sedikitnya 15 orang tewas selama serangan dilancarkan pasukan pemerintah," ujar sumber yang tak bersedia disebutkan namanya kepada Al Jazeera. "Setidaknya 35 tentara dan milisi dilaporkan juga tewas."
Pada Selasa, 24 Mei, beberapa warga setempat melaporkan ada tembakan sporadis di sekitar pusat kota. Namun, mereka menjelaskan, serangan itu tidak seintensif gempuran pada hari sebelumnya.
AL JAZEERA
JOIN