Donald Trump mengaku tidak akan mungkin memiliki hubungan yang baik dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Komentar itu diluncurkan Trump, karena Cameron pernah menyebut kandidat calon presiden Amerika Serikat itu "pemecah belah, bodoh, dan sangat salah" soal seruannya untuk melarang seluruh umat Muslim memasuki AS.
Aksi saling serang antara Cameron dan Trump berawal dari kecaman Cameron terhadap seruan Trump itu di hadapan parlemen Inggris. Cameron bahkan menyatakan ia akan mempersatukan warga Inggris untuk menolak Trump jika dia mencoba berkunjung ke negaranya.
"Sepertinya kita tidak akan memiliki hubungan yang sangat baik, siapa tahu?" kata Trump kepada stasiun televisi Inggris, ITV, dalam wawancara yang disiarkan pada Senin (16/5), ketika ditanya bagaimana hubungan keduanya jika ia memenangi pemilihan presiden AS pada 8 November mendatang.
"Ya, tentu saja, yang pertama saya tidak bodoh, oke, justru sebaliknya. Nomor dua, terkait sebutan pemecah belah, saya tidak merasa saya orang yang akan memecah belah, justru saya pemersatu, tidak seperti presiden kita sekarang," kata Trump, mengacu kepada Presiden AS, Barack Obama.
Amerika Serikat merupaka sekutu terdekat Inggris. Berbagai perusahaan AS merupakan investor asing terbesar di Inggris. Selain itu, Inggris memiliki "hubungan khusus" dengan Washington yang menjadi landasan diplomasi Inggris sejak Perang Dunia II.
Trump terkenal dengan komentarnya yang kontroversial, mulai dari pelarangan Muslim masuk AS, hak wanita, masa depan NATO, dan hubungan dengan Rusia yang memicu kritik dari Berlin, Paris dan sejumlah ibu kota negara Eropa lainnya.
Namun, para pemimpin Paris dan Jerman tidak ada yang meluncurkan kecaman kepada Trump seperti yang dilakukan Cameron.
Terkait komentar Trump, juru bicara Cameron menyatakan bahwa sang perdana menteri tidak akan mengokreksi komentarnya.
Namun, sang juru bicara yang tak disebutkan namanya menyatakan Cameron akan bekerja sama dengan siapa pun yang terpilih sebagai presiden AS dan berkomitmen untuk menjaga hubungan khusus.
"PM menyatakan pandangannya tentang komentar Donald Trump dengan sangat jelas. Dia tidak setuju," kata juru bicara itu.
"Dia tetap percaya bahwa mencegah umat Islam dari memasuki AS adalah tindakan yang memecah belah, bodoh dan salah. Dia akan mempertahankan komentarnya," ujar sang juru bicara.
Juru bicara itu menolak menjawab pertanyaan soal siapa kandidat capres yang diharapkan oleh Cameron akan menang pada pemilu mendatang. Hingga kini, lanjut sang juru bicara, Cameron tidak memiliki agenda untuk bertemu atau berbincang dengan Trump lewat telepon.
"Jika ada yang mengajukan agenda semacam itu, kami akan mempertimbangkannya," katanya.
Meski demikian, Cameron pernah menyatakan bahwa Trump layak dihormati karena menjalani proses pemilihan capres dari Republik yang panjang dan melelahkan.
Bulan lalu, surat kabar Times juga melaporkan Cameron telah memerintahkan para diplomatnya untuk mencoba memperbaiki hubungan dengan Trump.
"Saya berharap memiliki hubungan yang baik dengan dia tapi kedengarannya dia tidak bersedia untuk mengatasi masalah ini," kata Trump kepada ITV.
Sangat Kasar
Trump juga mengkritik Wali Kota London yang baru terpilih, Sadiq Khan, seorang Muslim, yang menurut Trump membuat "pernyataan sangat kasar" tentang dirinya.
Trump awalnya menyambut terpilihnya Khan dan menyatakan ia akan membuat pengecualian soal larangan Muslim memasuki AS bagi Khan. Namun, komentarnya ini dicibir oleh Khan.
dalam hal larangan Muslim baginya memasuki Amerika Serikat, menggambar balasan tajam dari Khan.
"Pandangan Donald Trump yang bodoh tentang Islam bisa membuat kedua negara kurang aman. Itu risiko mengasingkan Muslim di seluruh dunia dan memainkan isu ekstremis," kata Khan.
Menanggapi kritik ini, Trump menyatakan: "Dia tidak tahu saya, tidak pernah bertemu saya, tidak tahu apa yang saya pikirkan. Saya rasa itu merupakan komentar yang sangat kasar. Terus terang, katakan padanya, bahwa saya akan mengingat pernyataannya yang sangat jahat. Bodoh baginya untuk mengatakan itu." */cnnid
JOIN