NEW YORK - Usai serangan simpatisan ISIS di Paris, Perancis, yang menewaskan 137 orang beberapa waktu lalu, sentimen politisi Amerika Serikat terhadap umat Islam dan imigran kian busuk. Bahkan sikap ini dianggap yang terburuk setelah serangan WTC 9/11 14 tahun lalu.
Salah satunya ditunjukkan oleh bakal calon presiden dari Partai Republik Donald Trump yang menganjurkan dilakukan pendataan bagi seluruh umat Muslim di AS. Selain itu, Trump juga mendesak ditutupnya beberapa masjid di Amerika.
Sikap yang sama ditunjukkan oleh bakal calon dari Partai Republik lainnya, Ben Carson, yang menyebut pengungsi Suriah sebagai "anjing gila."
Serangan di beberapa tempat di Paris terjadi di tengah panasnya situasi politik jelang pemilihan umum 2016 di AS. Dikhawatirkan, pandangan ekstrem dari para kandidat bakal calon presiden malah kian mengobarkan Islamofobia di AS, termasuk dari para pendukung politisi tersebut.
"Sekarang kami hidup di tengah atmosfer histeria dan ketakutan. Saya tidak pernah melihat hal seperti ini, bahkan setelah 9/11," kata Ibrahim Hooper, direktur komunikasi nasional untuk Dewan Hubungan Amerika-Islam, dikutip CNN.
Abed Ayoub, direktur kebijakan nasional di lembaga Komisi Anti-Diskriminasi Amerika-Arab, mengatakan saat peristiwa 9/11 yang menewaskan hampir 3.000 orang terjadi di AS, Islamofobia kencang berhembus. Saat itu, Presiden George W. Bush dari Partai Republik berusaha meredam sikap anti Muslim.
Enam hari setelah menara kembar WTC ambruk, Bush berbicara di Islamic Center di Washington, membela Muslim Amerika dan Islam.
Bush saat itu mengatakan, "Wajah teror bukanlah keyakinan sejati dari Islam. Itu bukanlah Islam. Islam agama damai. Teroris ini tidak mewakili perdamaian, mereka mewakili kejahatan dan perang."
Namun saat ini Partai Republik tidak memiliki tokoh sentral yang bisa mengendalikan opini para kandidatnya. Berbagai komentar buruk soal imigran dan Muslim mengalir bak air bah dengan Trump dan Carson sebagai pionirnya. Trump bahkan pernah mengatakan imigran Meksiko adalah kriminal dan pemerkosa, hal ini justru membuat namanya melambung di posisi puncak survei pemilih.
"Apa yang kami alami saat ini tidak hanya buruk bagi warga Arab dan Muslim. Apa yang kami rasakan saat ini buruk bagi semua imigran dan komunitas kulit cokelat seluruhnya," kata Ayoub.
Adik George W. Bush, Jeb Bush, mencoba melanjutkan peran kakaknya dalam meredam sikap anti imigran dan Muslim. Bush yang turut di bursa pemilihan calon presiden Republik kerap menentang retorika Trump yang menurutnya konyol.
Namun menurut Heidie Beidrich, direktur lembaga Southern Poverty Law Center's Intelligence Project, yang mempelajari kelompok ekstremis mengatakan langkah Jeb Bush saat ini tidak cukup. Dia mengatakan bahwa situasi anti-Muslim saat ini memanas, apalagi setelah peristiwa Paris.
"Tidak pernah kita lihat sebelumnya banyak sekali politisi mengeluarkan komentar Islamofobia dan terhadap pengungsi. Beberapa komentar itu, seperti yang disampaikan Donald Trump yang ingin mendata umat Muslim Amerika, sangat mengejutkan dan bodoh dan sama sekali tidak mewakili AS," ujar Beidrich.
JOIN