TRENDING TOPIC #PARIS ATTACK #USA vs RUSSIA #MOST VIDEO
Follow

atjehcyber thumbkanan

rental mobil di aceh, rental mobil aceh, jasa rental mobil aceh, sewa mobil di aceh, rental mobil banda aceh, sewa mobil di banda aceh

atjehcyber stick

Ini dia Tulisan “Sampurasun” Habib Rizieq yang Bikin Heboh itu

Friday, November 27, 2015 18:24 WIB

Dibaca:   kali

atjehcyber, atjeh cyber, atjeh news, atjeh media, atjeh online, atjeh warrior, acehcyber, aceh cyber, aceh warrior, aceh cyber online, atjeh cyber warrior

IMAM Besar Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab sedang menjadi sorotan. Habib Rizieq Shihab  dilaporkan ke Direktorat Kriminal Khusus Polda Jawa Barat dengan laporan pelanggaran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Dalam laporan tersebut menyebutkan pendiri FPI tersebut telah memplesetkan yang melecehkan ungkapan salam masyarakat sunda "sampurasun" menjadi "campur racun", yang bikin heboh medi sosial.

Bahkan, Aliansi Masyarakat Sunda menuding Habib Rizieq telah melecehkan ras atau suku sekaligus upaya memecah belah budaya dan agama di Indonesia. Karena itu, Aliansi Masyarakat Sunda Menggugat melarang Rizieq menginjak tanah Sunda.

Namun Rizieq membantah telah melecehkan budaya Sunda dengan mempelesetkan kata sampurasun. Dia justru mengkritik Bupati Purwakarta yang menghadirkan tradisi Sunda yang dinilai merusak aqidah umat Islam.

Seperti apa sebenarnya tulisan "Sampurasun" yang membuat heboh tersebut? Berikut tulisan "SAMPURASUN" yang dikutip Atjehcyber dari situs www.habibrizieq.com :

Bismillaah wal Hamdulillaah ...
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...

Sampurasun adalah ucapan selamat masyarakat Sunda yang sangat terkenal dan mengandung unsur penghormatan kepada sesama.

Sampurasun sebagai ADAT Sunda yang punya makna sangat baik dan amat bagus, serta boleh digunakan untuk menyapa sebagai penghormatan, selama tidak dijadikan sebagai pengganti SYARIAT "Assalaamu 'Alaikum".

Jadi, jangan adu domba ADAT dan SYARIAT, karena masing-masing ada tempat dan syarat serta cara penggunaan.

SALAM NUSANTARA

Di masyarakat Indonesia ucapan Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore, Selamat Petang dan Selamat Malam merupakan salam pergaulan nasional untuk penghormatan terhadap sesama. Tentu sah-sah saja digunakan oleh masyarakat Indonesia, sebagaimana di masyarakat Arab ada ungkapan "Shobaahul Khoir" di pagi hari dan "Masaa-ul Khoir" di petang hari.

Namun, ketika ada pihak yang ingin menjadikan salam pergaulan nasional sebagai pengganti "Assalaamu 'Alaikum" di tengah umat Islam, dengan alasan karena "Assalaamu 'Alaikum" hanya merupakan Adat dan Tradisi Arab yang tidak ada kaitan dengan ajaran Islam, tentu jadi persoalan yang sangat serius.

ASSALAAMU 'ALAIKUM

Salam masyarakat Arab Jahiliyyah pada mulanya adalah "Wa Shobaahaa", atau yang sejenisnya, lalu datang Islam mengajarkan umatnya untuk menggunakan "Assalaamu 'Alaikum" sebagai Tahiyyatul Islam yaitu salamnya kaum muslimin.

Sejak itu "Assalaamu 'Alaikum" adalah Salam Islam bukan Salam Arab. Dan Salam Islam menjadi salah satu rukun Shalat yang tidak sah Shalat tanpanya.

Nah, jika "Assalaamu 'Alaikum" mau diganti dengan salam pergaulan nasional, lalu apakah nanti salam Shalat Shubuh jadi Selamat Pagi, dan salam Shalat Zhuhur jadi Selamat Siang, serta salam Shalat Ashar jadi Selamat Sore, kemudian salam Shalat Maghrib jadi Selamat Petang, sedang salam Shalat Isya jadi Selamat Malam ???

Camkan ... !!!

BUPATI PURWAKARTA

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, sejak memimpin Purwakarta terus berusaha menghidupkan kembali ajaran "Sunda Wiwitan", sehingga ia menghiasi Purwakarta dengan aneka patung pewayangan seperti patung Bima dan Gatotkaca, bahkan ditambah dengan aneka patung Hindu Bali.

Dia pun mengaku telah melamar Nyi Loro Kidul dan mengawininya. Selanjutnya, ia membuat Kereta Kencana yang konon katanya untuk dikendarai sang isteri, Nyi Loro Kidul. Kereta Kencana tersebut dipajang di Pendopo Kabupaten Purwakarta, dan diberi kemenyan serta sesajen setiap hari, lalu dibawa keliling Purwakarta setahun sekali saat acara Festival Budaya, dengan dalih untuk membawa keliling Nyi Loro Kidul buat keberkahan dan keselamatan Purwakarta.

Dedi juga menganjurkan agar siapa yang mau selamat lewat di jalan Tol Cipularang agar menyebut nama Prabu Siliwangi. Dan beberapa tahun lalu, Dedi juga pernah menyatakan bahwa suara seruling bambu lebih merdu daripada membaca Al-Qur'an.

Selain itu, pohon-pohon di sepanjang jalan kota Purwakarta diberi kain "Poleng", yaitu kain kotak-kotak hitam putih, bukan untuk "Keindahan", tapi untuk "Keberkahan" sebagaimana adat Hindu Bali, dan Dedi pun mulai sering memakai ikat kepala dengan kembang seperti para pemuka adat dan agama Hindu Bali.

Dedi tidak bangga dengan Islamnya, tapi ia bangga dengan patung, sesajen dan takhayyulnya, yang dikemas atas nama Kearifan Lokal (Local Wisdom).

Saat banyak Ulama dan para Da'i mulai memprotes dan mengkritik peri laku "Syirik" Dedi, maka serta merta Dedi membuat Perbup (Peraturan Bupati) tentang larangan ceramah provokatif yang menentang kebijakannya.

Belakangan, Dedi mulai sering meninggalkan Salam Syariat Islam "Assalaamu 'Alaikum" dan diganti dengan Salam Adat Sunda "Sampurasun". Dimana saja dan kapan saja, Dedi terus mengkampanyekan aneka budaya "Syirik" nya yang dibungkus dengan nama "Adat" dan "Budaya", serta dikemas dengan salam santun masyarakat Sunda "Sampurasun".

Bahkan Dedi dalam salah satu bukunya yang berjudul SPIRIT BUDAYA menyebut bahwa Islam adalah BUDAYA. Padahal, Islam adalah Aqidah, Syariat dan Akhlaq yang bersumber dari WAHYU ALLAH SWT, sedang Budaya bersumber dari akal pemikiran dan perilaku manusia.

Pada halaman latar belakang buku tersebut tertulis : “Warga Baduy mengajarkan kepada kita untuk tidak melawan alam. Dalam pemahaman saya (Dedi Mulyadi, red) merekalah yang beragama dan yang bertuhan secara benar.”

Selanjutnya di halaman 16 tertulis : “Kebudayaan itu derajat manusia, persis seperti agama.” Lalu pada halaman 17 : “Saya sendiri menginginkan Sunda yang sesuai dengan wiwitan atau identitas awalnya, Sunda yang menyerahkan diri terhadap alam yang tidak mengenal simbolisasi penyembahan.”

Akhirnya, banyak kalangan pemuka masyarakat Islam Purwakarta menyebutkan bahwa Dedi bukan sedang memasyarakatkan "Sampurasun", tapi sedang merusak umat Islam Purwakarta dengan "Campur Racun".

Tentu kita setuju, bahwasanya Dedi Mulyadi memang bukan sedang memasyarakatkan kesantunan salam Sunda "Sampurasun", tapi dia memang sedang merusak umat Islam Purwakarta dengan "Campur Racun", yaitu meracuni aqidah umat dengan aneka perbuatan "Syirik".

Karenanya, kami serukan jaga kesantunan ADAT "Sampurasun" dalam rawatan SYARIAT "Assalaamu 'Alaikum", sehingga ADAT dan SYARIAT tetap seiring sejalan.

Ayo, selamatkan "Sampurasun", dan tolak "Campur Racun".

Hasbunallaahu wa Ni'mal Wakiil ...

Ni'mal Maulaa wa Ni'man Nashiir ...
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang dikritik Habib dalam tulisan "Sampurasun"
KOMENTAR
DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.
Artikel Pilihan Pembaca :

mobile=show

Copyright © 2015 ATJEHCYBER — All Rights Reserved