Warga Suriah yang hingga kini tinggal di Raqqa, kota di Suriah yang diklaim sebagai ibu kota oleh ISIS, takut akan menjadi korban dari serangan udara koalisi internasional pimpinan AS, Rusia dan Sejumlah negara koalisi yang semakin gencar menggempur markas ISIS setelah serangan di Paris pekan lalu.
"Langit di atas Raqqa penuh sesak dengan pesawat tempur sejak kemarin," kata anggota kelompok Raqqa is Being Slaughtered Silently, atau RSS, lembaga jurnalisme warga, dikutip dari Reuters.
Serangan udara Perancis di Suriah tersebut dinyatakan akurat oleh sejumlah aktivis dan kelompok pemantau perang Suriah, Syrian Observatory for Human Rights.
Kementerian Pertahanan Perancis melaporkan bahwa jet tempur negaranya menjatuhkan 20 bom di sejumlah wilayah perekrutan dan pelatihan dan gudang senjata ISIS, semenjak serangan di Paris. Sebelum serangan udara Perancis yang masif itu, Rusia telah menerjunkan jet tempurnya untuk membombardir Raqqa dalam kampanyenya mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
"Beberapa pihak menargetkan wilayah kota, menciptakan teror di kalangan warga, yang takut mereka menjadi korban atas apa yang diperbuat Daesh," kata anggota RSS yang meminta namanya tak dipublikasikan karena alasan keamanan. 'Daesh' merupakan nama yang merendahkan ISIS.
"Gelombang serangan udara dimulai dari Rusia, yang pada siang hari menargetkan wilayah perumahan di kota, menyebabkan lima warga sipil tewas, termasuk satu anak," kata aktivis, yang menentang ISIS maupun pemerintah Suriah ini.
Video bombardir di wilayah Mosul:
REUTERS
JOIN