SUARA azan yang dikumandangkan saat waktu-waktu shalat dinilai seringkali saling tumpang tindih karena lokasi masjid atau musala yang saling berdekatan. Diusulkan dibuat aturan agar tidak setiap masjid dan musala mengumandangkan azan, cukup di masjid besar.
"Saran saya, pengurus masjid musyawarahkan dengan masjid terdekat atau musala, dan buat kesepakatan masjid mana yang akan menjadi pusat mengumandangkan azan sehingga tidak terjadi tumpang tindih padahal dalam lingkungan yang sama," ujar Sekretaris PP Muhammadiyah, Abdul Mukti, lansir detik, Jumat (19/7/2013).
Sekretaris PP Muhammadiyah, Abdul Mukti |
Menurutnya, ketika sudah disepakati, masjid yang lainnya cukup gunakan pengeras suara untuk di dalam lingkungan masjid.
Dia juga mengatakan perlunya penyesuaian syiar Islam di masyarakat. Seperti bagaimana pengumandangan azan dilakukan.
"Sekarang itu perlu ada kontekstualisasi syiar khususnya pada masyarakat modern seperti sekarang yang butuh istirahat dan kenyamanan khususnya dalam beribadah sehingga terlalu banyaknya masjid yang azan membuat beberapa orang merasa terganggu," kata dia.
Dia mencontohkan negara seperti Arab Saudi yang mengatur dengan baik seruan azan sehingga terdengar merdu ke berbagai penjuru dan mewakili syiar Islam. Banyak masjid di sana yang berdekatan dengan musala atau masjid-masjid besar lainnya tapi mereka hanya memusatkan pada satu masjid yang mengumandangkan azan secara keras sampai terdengar ke berbagai penjuru kemerduannya.
Jika di Makkah pusatnya di Masjidil Haram. Madinah di Masjid Nabawi.
"Negara lain pun seperti di Malaysia, Brunei Darussalam, dan Turki, mereka menggunakan masjid besar sebagai pusat kumandang azan, masjid-masjid di sekitarnya menggunakan pengeras suara untuk di dalam masjid," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla meminta pengurus masjid dapat mengatur suara azan yang dikumandangkan melalui pengeras suara. Pengaturan ini bertujuan agar seruan azan benar-benar nyaman didengar.
"Alangkah baiknya, bila speaker toa masjid tidak saling adu suara, sehingga kita bisa menjadikannya penanda panggilan shalat yang lebih syahdu," ujar JK, Kamis (18/7/2013).
Kalla menyarankan volume masjid tidak saling melampaui antar satu masjid dengan masjid lainnya sehingga suara tahrim terutama pada waktu subuh tidak tumpang tindih antara satu masjid dengan masjid lainnya. (*/detik)
JOIN