TRENDING TOPIC #PARIS ATTACK #USA vs RUSSIA #MOST VIDEO
Follow

atjehcyber thumbkanan

rental mobil di aceh, rental mobil aceh, jasa rental mobil aceh, sewa mobil di aceh, rental mobil banda aceh, sewa mobil di banda aceh

atjehcyber stick

Di Laut, Ada 12 Rohingya Ditembak Mati secara Keji

Thursday, February 28, 2013 21:48 WIB

Dibaca:   kali

atjehcyber, atjeh cyber, atjeh news, atjeh media, atjeh online, atjeh warrior, acehcyber, aceh cyber, aceh warrior, aceh cyber online, atjeh cyber warrior
img:atjehpost 

WARGA Rohingya yang melarikan diri dari negaranya, Myanmar, pada 30 Januari lalu, dan sejak Rabu (27/2) kemarin berada dalam pengawasan Imigrasi Lhokseumawe, awalnya berjumlah 133 orang. Namun, saat perahu yang mereka tumpangi melintas di perairan Thailand, sekelompok pria berpakaian hitam memberondong perahu tersebut. Akibatnya, 12 orang meninggal. Jenazah mereka langsung dibuang ke laut.

Jadi, ketika perahu itu kehabisan minyak dan terombang-ambing di perairan Muara Batu, Aceh Utara, Selasa (26/2) pagi, jumlah riil penumpang yang tersisa di perahu 8 x 15 meter itu adalah 121 orang lagi, bukan 127 seperti diberitakan Serambi kemarin.

Kekeliruan angka 127 itu terjadi karena proses pendataan belum rapi dan terburu-buru. Dilakukan pihak kecamatan dan kepolisian hanya beberapa saat setelah para “manusia perahu” itu mendarat di pantai Desa Cot Trueng, Muara Batu, Selasa pukul 20.00 WIB. 

Selain itu, sejumlah migran Rohingya itu mempunyai nama yang sama, sehingga membingungkan tim pendata. Misalnya, masing-masing ada dua orang yang bernama M Ilyas, Nur Alam, dan Abdullah.

Pelayaran mereka meninggalkan negaranya yang sedang dalam kecamuk perang, cukup dramatis dan tragis. 

“Kami berangkat dari Distrik Arkhine Myanmar tengah malam ketika tidak terpantau oleh tentara negara. Menggunakan perahu kayu berpenumpang 133 orang, tujuan pertama kami Malaysia. Namun, saat melintas di perairan Thailand beberapa rekan kami tewas tertembak dan sebagian lagi tenggelam karena melompat ke laut. Total yang meninggal 12 orang,” kata Farid Alam (30), warga Rohingya yang mahir berbahasa Melayu.

Pengakuan itu dia sampaikan di tempat penampungan baru mereka, yakni bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe di Desa Ulee Blang Mane, Kecamatan Blang Mangat. Sebelumnya, sejak Selasa malam hingga Rabu pagi kemarin mereka masih berhimpun di meunasah Desa Cot Trueng, Muara Batu, Aceh Utara.

Sebagaimana diberitakan kemarin, “manusia perahu” itu ditemukan nelayan asal Cot Trueng, Muara Batu, Aceh Utara, hanyut sekitar 150 mil dari kawasan perairan tersebut, pada Selasa (26/2) pukul 09.00 WIB, akibat perahu yang mereka tumpangi kehabisan minyak. Baru malam hari mereka berhasil didaratkan di Desa Cut Trueng.

Lari Dari Konflik

Di antara “manusia perahu” itu ada seorang yang belum bisa berjalan, karena telapak kaki kirinya terkena tembakan dan belum sembuh. Saat memasuki bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe kemarin, ia terpaksa dipapah dua temannya.

Meski nama mereka berbau Arab dan Melayu, tapi dari 121 migran Rohingya itu hanya dua yang bisa berbahasa Melayu, yakni Farid Alam (21) dan Samsul Alam (35). Duo Alam inilah yang dalam tuturnya yang terbata-bata menceritakan kisah miris pelarian mereka dari Myanmar, disebabkan ekses konflik etnis di Arkhine State Myanmar.

“Karena gagal ke Malaysia lantaran ditembaki saat di Thailand, kami ingin ke Indonesia, karena banyak muslim,” ungkap Farid. Alasan mereka pergi, kata Farid, karena warga muslim di Myanmar diusir oleh junta militer yanag berkuasa. “Kami lari untuk menyelamatkan iman dan nyawa, termasuk keluarga kami.”

Bekal yang dibawa dalam pelayaran yang tak direstui penguasa Myanmar itu hanya cukup untuk 15 hari. “Jadi, kami hanya makan dua hari sekali. Ketika bekal habis, kami minta dari nelayan lain yang bersedia membantu,” katanya.

Mereka sudah sepekan tak makan karena kehabisan bekal dan perahu mereka kehabisan minyak. “Kami tak berani pulang lagi. Kami ingin merantau ke negara muslim. Jangan pulangkan kami ke negara asal, karena kami takut dibunuh penguasa Myanmar,” ujar Farid lirih.

Semua yang disampaikan Farid itu disimak Wakil Bupati Aceh Utara, M Jamil MKes yang mengunjungi mereka di penampungan sementara.

Amatan Serambi, sebelumnya, sekitar pukul 11.00 WIB, dua mobil polisi dan dua bus sekolah yang mengangkut warga Rohingya tiba di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe. Mereka dikawal sejumlah polisi dan petugas Imigrasi.

Lalu, mereka dibawa ke kantor tersebut dengan berbaris rapi, untuk didata. Enam di antara mereka adalah perempuan dan dua bocah. Untuk memudahkan proses pendataan, polisi meminta Farid Alam mencatat nama dan umur teman-temannya.

Pada Februari 2012, 54 warga Rohingya juga ditampung di bekas kantor itu sebelum dipindah ke Rumah Detensi Imigrasi di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Laporan SERAMBINews | ACBNews
Like → Tweet :
Join → Follow :
KOMENTAR
DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.
Artikel Pilihan Pembaca :

mobile=show

Copyright © 2015 ATJEHCYBER — All Rights Reserved