Dari Batavia, di bawah Gubernur Jenderal James Loudon, nasehat ke Den Haag diminta. Dan Ratu Belanda mengirim kawat dan mengizinkan pasukan segera menyerang Aceh. Akhirnya 18 februari 1873, sebuah telegram pun dikirim dari Den Hag untuk memulai program penyerangan ke Aceh. Inilah yang sering disebut pengkhianatan Panglima Tibang dalam sejarah hitam Aceh.
Adalah seorang Jendral JHR Kohler dan Van Daalen yang memimpin ekspedisi ke Aceh untuk pertama kalinya, mereka mengumpulan senjata dan tentara (saat itu berjumlah 3000 orang + 1000 orang budak). Ikut pula pedagang China yang juga membiayai ekspedisi. Maret 1873, pelayaran dimulai, dengan tidak jelasnya instruksi dan perintah, apakah masih menanyakan perundingan dengan Sultan, atau langsung perang.
Karena tidak jelas, maklumat perang dikumandangkan langsung di lapangan pada tanggal 26 maret 1873 dengan alasan Aceh telah melanggar perjanjian niaga, perdamaian, persahabatan yang dibuat tanggal 30 maret 1857 antara Aceh dan Belanda.
Kohler yang berpengalaman di Padang dan Jawa mengira, taktik menduduki tanah Aceh sama dengan pengalamannya dahulu. Dengan menguasai muara sungai, lalu masuk ke Keraton dan menduduki Istana. Tapi di Aceh beda, baru mendarat, mereka harus kehilangan 9 orang tewas, 46 orang luka karena kelewang. Pasukan ditarik ke kapal, penyerangan pertama gagal total.
Belanda sangat miskin informasi akan Aceh, mereka tidak tahu dimana Sultan, dimana Istana. Pantai Aceh yang berawa membuat pendaratan semakin sulit. Pendaratan kedua, mereka menguasai Mesjid yang mereka kira adalah keraton. Mesjid ini yang kita kenal dengan Baiturahman dipertahankan mati-matian oleh pejuang Aceh. Setelah dikuasai beberapa jam, mesjid dapat dikuasai kembali oleh masyarakat Aceh, dan pasukan Belanda kembali ditarik di pelabuhan.
Konflik Etnis Dayak-Madura Meletus di Sampit

Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas. Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.
Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. wikipedia
JOIN