Yerusalem – Israel merenovasi sebuah bangunan kampus di kawasan permukiman Yahudi di Tepi Barat Sungai Yordan menjadi sebuah universitas pada Senin kemarin (24/12). Ini mencerminkan sifat tak peduli Israel terhadap perdamaian yang disekapakati dengan Palestina.
Kawasan Tepi Barat diduki secara tidak sah oleh Israel setelah Perang Arab-Israel Enam Hari pada tahu 1967. Yerusalem yang terletak di Tepi Barat dicita-citakan bakal menjadi ibu kota Palestina kelak.
Keputusan merehabilitasi kampus Ariel, yang dibangun pada 1982 di dekat kota Nablus, akan diubah menjadi setingkat universitas di Israel. Keputusan ini diumumkan utuk memperluas permukiman Yahudi di tanah yang diduduki Israel, serta memicu protes dari pemerintah negara-negara Eropa maupun AS.
“Untuk pertama kali dalam dasawarsa ini, Israel mempunyai sebuah universitas baru,” kata PM Benyamin Netanyahu sombong dalam sebuah pernyataan yang dirilis kantornya, seperi dikutip Reuters Rabu (26/12).
Netanyahu dikenal sebagai perdana menteri yang memiliki sifat hawkish, agresif ingin melawan siapa pun yang menghalangi maksudnya.
Persetujuan akhir harus ditandatangani oleh para petinggi militer Israel, yang memformalisasikan keputusan kabinet pada bulan September. Keputusan kabinet itu tertunda bersamaan uji hukum yang dilakukan oleh universtas-universitas lain di Israel yang menentang peningkatan status kampus Ariel di Nablus itu.
Bagaimana pun kampus-kampus lain di Israel-lah yang bakal menanggung biaya peningkatan kampus ini menjadi sebuah unversitas yang setara kualitasnya dengan universitas-universitas lain di Israel.
Dinas Pendidikan Tinggi Palestina juga mengutuk keputusan meningkatkan status kampus ini menjadi universitas dan meminta universitas di seluruh dunia untuk memboikot institusi ini.
Sementara kutukan dari sekutu Israel, seperti dari negara-negara Eropa dan AS, juga tak digubris Netanyahu yang hawkish itu.
*REUTERS | INILAH | ACW
JOIN