TRENDING TOPIC #PARIS ATTACK #USA vs RUSSIA #MOST VIDEO
Follow

atjehcyber thumbkanan

rental mobil di aceh, rental mobil aceh, jasa rental mobil aceh, sewa mobil di aceh, rental mobil banda aceh, sewa mobil di banda aceh

atjehcyber stick

#TAGatjehcyber Home /

Mengembalikan Kejayaan Arun

Tuesday, January 10, 2012 22:13 WIB

Dibaca:   kali

atjehcyber, atjeh cyber, atjeh news, atjeh media, atjeh online, atjeh warrior, acehcyber, aceh cyber, aceh warrior, aceh cyber online, atjeh cyber warrior

Kilang Arun akan direvitalisasi menjadi terminal penampungan dan pengolahan gas. Memenuhi kebutuhan industri di Aceh dan Sumatera Utara.

LIDAH api menari-nari di pucuk cerobong setinggi 20-an meter di lingkungan pabrik PT Arun Natural Gas Liquefaction, Lhokseumawe, Aceh Utara. Namun hanya dua cerobong yang menyemburkan gas buangan yang dibakar itu. Suasana kilang Arun memang muram: sepi, tak terlalu terlihat keriuhan aktivitas pengolahan gas atau pengangkutan produk gas cair yang dihasilkan. "Sedih jika membandingkan dengan kondisi di masa lalu," kata Amru, Pembantu Direktur III Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Masa silam yang dimaksud Amru adalah tahun 1990-an, ketika Proyek Arun mengalami masa keemasan. Ketika itu, kandungan gas alam dari lapangan Arun masih berlimpah dan diolah menjadi gas alam cair (LNG) untuk diekspor dan mencukupi kebutuhan domestik. Tugas pengolahan diemban Arun NGL, perusahaan patungan milik Pertamina (55 persen), Mobil Oil Inc yang bermerger dengan Exxon (30 persen), dan asosiasi pembeli gas di Jepang (15 persen). Pada 1990, Arun NGL merupakan perusahaan penghasil LNG terbesar di dunia.

Saat itu puluhan cerobong menyemburkan lidah api tak putus-putus setiap hari. "Tak peduli ada hujan atau petir," kata Rosdin, warga setempat. Letupan dari cerobong Arun kerap disebut sebagai lilin Keuntungan lain, Arun akan kembali membangkitkan industri di Aceh yang telah mati surf, seperti PT Asean Aceh Fertilizer, PT Kertas Kraft Aceh, clan PT Pupuk Iskandar Muda.

lilin petrodolar. Perekonomian Lhokseumawe pun menggeliat. Kegiatan kilang Arun menopang ekonomi kota. Industri turunan bermunculan, ribuan tenaga kerja dari daerah lain berdatangan.

Namun era keemasan itu mulai pudar. Arun kini di ambang senja. Kontrak penjualan LNG ke Korea Selatan akan berakhir pada 2014, menyusul Jepang, yang sudah selesai pada 2010. "Tiga tahun tak lama lagi," kata Presiden Direktur Arun NGL Fauzi Husin. Produksi gas terus terjun bebas. Sementara pada 1994 pengiriman LNG mencapai 224 kapal, pada 2010 tinggal 34 kapal, tahun ini 31 kapal, dan pada 2012 direncanakan 22 kapal. Setiap kapal berkapasitas 125 ribu meter kubik. Dari enam kilang LNG, saat ini hanya satu yang beroperasi.

Anjloknya produksi dipicu oleh menyusutnya bahan baku gas alam. "Laporan dari Exxon, tak ada lagi sumber gas barn," Fauzi menjelaskan. ExxonMobil, yang melakukan pengeboran, bersiap angkat kaki. Produksi gas yang ada sekarang didominasi dari lepas pantai (offshore) sekitar 320 kaki kubik per hari, sedangkan di darat (onshore) 120 kaki kubik per hari. Padahal, di masa lalu, produksi di darat saja mencapai 1.800 kaki kubik per hari.

Bila gas alam kelak habis, produksi otomatis berhenti. Yang tersisa tinggal fasilitas kilang Arun berupa delapan unit pembangkit turbin gas, kilang pengolahan, juga tangki-tangki penyimpan LNG, LPG, kondensat, Berta dermaga untuk pengangkutan. Perhitungan terakhir menunjukkan nilai aset itu mencapai Rp 6,3 triliun. "Terancam hanya jadi besi tua kalau tidak dimanfaatkan," kata Fauzi. "Kami sekarang menunggu instruksi pusat."

Untungnya, Pertamina sebagai induk perusahaan jauh-jauh hari sudah berencana menghela program revitalisasi Arun. Caranya adalah mengubah kilang LNG Arun menjadi terminal penampungan gas dan regasifikasi LNG. Nantinya gas alam cair yang ditampung dari pasokan dalam atau luar negeri diolah dan kemudian digunakan untuk mencukupi kebutuhan gas bagi industri di Aceh dan Sumatera Utara.

Seturut program regasifikasi ini, Januari tahun depan Pertamina akan menggelar tender setelah didahului dengan penetapan konsultan manajemen proyek bulan ini. Sebelumnya, Juni lalu, Pertamina sudah menuntaskan pekerjaan front end engineering design. "Regasifikasi Arun diharapkan bisa mulai beroperasi pada Januari 2013," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina Mochamad Harun.

Pertamina menyiapkan dana investasi US$ 73 juta untuk belanja modal dan US$ 4 juta untuk biaya operasional proyek ini. Melalui anak usahanya, PT Pertamina Gas (Pertagas), direncanakan juga pembangunan pipa sepanjang 350 kilometer dengan investasi US$ 301 juta untuk mengalirkan gas Arun ke Medan.

Waktu pelaksanaan proyek itu diperkirakan 18 bulan, sehingga regasifikasi Arun sudah bisa berjalan sepenuhnya pada Juni 2013. Kapasitas kilang Arun
pada tahap awal sekitar 200 kaki kubik per hari dan ditingkatkan menjadi 320 kaki kubik per hari. Adapun pembangunan pipa ke Medan dijadwalkan mulai Januari 2012 dengan pengerjaan konstruksi lima bulan kemudian. Targetnya: Desember 2013 sudah bisa beroperasi.

Proyek revitalisasi Arun diyakini menguntungkan banyak pihak. Negara bakal memperoleh US$ 13,55 juta per tahun. Perolehan itu di luar pendapatan melalui dividen yang akan diperoleh dari laba Pertamina. "Salah satunya dari pendapatan sewa aset Arun," ujar Harun. Keuntungan lain, Arun akan kembali membangkitkan industri di Aceh yang telah mati surf, seperti PT Asean Aceh Fertilizer, PT Kertas Kraft Aceh, dan PT Pupuk Iskandar Muda.

Daftar capaian sudah disusun. Kapasitas produksi urea PT Pupuk Iskandar Muda dapat berjalan optimal dan berkelanjutan mencapai 1,2 juta ton dengan terpenuhinya kebutuhan gas 110 kaki kubik per hari. Kapasitas produksi urea PT Asean Aceh Fertilizer mencapai 730 ribu ton dengan kebutuhan gas 60 kaki kubik per hari. Adapun kapasitas produksi PT Kertas Kraft Aceh sebesar 135 ribu ton per tahun dengan pasokan gas 15 kaki kubik per hari. Sedangkan pembangkit listrik 3 x 20 megawatt milik pemerintah Aceh bisa diaktifkan dengan gelontoran gas 22,5 kaki kubik per hari.

Saat ini total produksi urea PT Pupuk Iskandar Muda diperkirakan hanya 500 ribu ton dari total kapasitas produksi penuh 1,14 juta ton. Jika pasokan gas meningkat menjadi 10 kargo dari 7 kargo sekarang, "Tahun depan produk
si urea bisa 800 ribu ton," kata Direktur Utama PT Pupuk Iskandar Muda Mashudianto. Kilang Asean Aceh Fertilizer, yang berlokasi di dekatnya, pun akan dihidupkan kembali.

Rencananya, terminal LNG Arun juga bisa digunakan untuk menampung LNG dari luar negeri. "Nanti dijual lagi ketika harga tinggi," kata Fauzi Husin. Hitung-hitungan di atas kertas itu jelas menggiurkan. Masalahnya, bagaimana menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku LNG untuk produksi gas? Pertamina belum bisa memastikan sumber pasokan LNG yang akan ditampung dan diolah.

Sejauh ini, Pertamina mengincar gas dari proyek LNG Tangguh-megaproyek di Teluk Bintuni, daerah kepala burung Papua Barat. Operator LNG Tangguh sudah berkomitmen mengalokasikan separuh produksi pengembangan Train III untuk pembangkit listrik di dalam negeri, dan separuhnya diekspor. Vice President for Gas and Engineering Pertamina Daniel Purba menjelaskan sudah membuat kesepakatan dengan PT PLN untuk menampung gas dari Tangguh. "Draf kesepakatan sudah ada," ujarnya. "Satu-dua minggu lagi semoga sudah ada penandatanganan kesepakatan."

Gas dari Tangguh untuk PLN akan ditampung di Arun. Lantaran pipa dari Arun ke Sumatera Utara belum bisa dioperasikan, gas akan digunakan untuk menggerakkan pembangkit listrik kilang Arun. Selain dari Tangguh, Pertamina mengincar pasokan LNG dari kilang Bontang, Kalimantan Timur. "Tapi itu untuk jangka panjang," kata Daniel.

Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam sudah mendesak pemerintah pusat agar mendukung Arun kembali hidup. "Ini prioritas selain soal pertanahan dan migas umum di Aceh," kata Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazarudin. Dia berjanji membantu melakukan pendekatan ke Kementerian Keuangan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Sebelumnya, pemerintah Aceh sudah mengirim surat ke Kementerian Keuangan dan membawa masalah Arun ini ke forum pertemuan kepala daerah se-Indonesia.

Dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang disusun pemerintah, Aceh kebagian tugas sebagai sentra pangan. Maka revitalisasi Arun menjadi penopang penting rencana itu. "Bukan hanya lahan pertanian, pabrik pupuk harus hidup, listrik harus menyala," kata Nazarudin.

Revitalisasi Arun, Nazarudin menambahkan, bukan semata kalkulasi ekonomi, melainkan ada pertimbangan sosial dengan memperhatikan kondisi psikologi kolektif masyarakat di daerah lokasi pertambangan minyak dan gas. "Jangan ada kesan, habis diisap terus ditinggalkan," kata dia.

Harun Mahbub (Aceh)

KOMENTAR
DISCLAIMER: Komentar yang tampil menjadi tanggungjawab sepenuhnya pengirim, bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi ATJEHCYBER. Redaksi berhak menghapuskan dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.
Artikel Pilihan Pembaca :

mobile=show

Copyright © 2015 ATJEHCYBER — All Rights Reserved