Usai tsunami melanda Aceh lebih enam tahun lalu, Aceh punya bangunan yang kokoh, dibangun tahan gempa dan mampu singgah helikopter di atasnya. Bangunan tersebut adalah escape building.
Bangunan tersebut dirancang khusus untuk perlindungan bagi warga, jika tsunami singgah lagi di Aceh. Beberapa kali bangunan tersebut telah dipakai dalam rangkaian sosialisasi tsunami yang diadakan pemerintah dan donor.
Di Banda Aceh, bangunan tersebut ada empat yang salah satunya dipakai untuk kantor Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), dikelola oleh Universitas Syiah Kuala. Sementara satu lagi berada di Kabupaten Pidie.
Dirhamsyah, Direktur TDMRC menyebutkan, bangunan riset itu didanai oleh Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh – Nias, dengan anggaran sekitar Rp15 milyar. Juga dapat berfungsi sebagai escape building.
Sementara bangunan lainnya dibangun dengan bantuan Pemerintah Jepang melalui JICS, berdasarkan konsep awal yang dibuat oleh JICA Study Team dalam prject Urgent Rehabilitation and Reconstrcution Plan (URRP) untuk Kota Banda Aceh pada Maret 2005 sampai dengan Maret 2006. Masing-masing gedung menghabiskan anggaran sekitar Rp 10,5 milyar.
Design bangunan escape building ini dibuat oleh konsultan asal Jepang Nippon Koei, Co. Ltd sebagai JICS Study Team pada tahun 2006. Tiap-tiap escape building dibangun dengan luas 1.400 meter persegi.
Bangunan tersebut mempunyai 54 pilar dengan diameter 70 sentimeter. Tinggi gedungnya sekitar 18 meter dengan 4 lantai. Lantai akhir dibiarkan terbuka dan tersedia helipad untuk pendaratan helikopter.

Lantai dua mempunyai tinggi sekitar 10 meter, mengikuti tinggi gelombang tsunami Desember 2004 lalu di lokasi gedung tersebut. Sementara lantai lantai satu dibiarkan kosong tanpa partisi untuk menghindari terjangan air tsunami.
Gedung yang dapat menampung evakuasi sebanyak 500 orang tersebut, diset dapat menahan gempa dengan kekuatan 9 - 10 skala richter. Tangga menuju ke lantai atas dibuat dua buah. Satu tangga utama dengan ukuran sekitar dua meter dan satu lagi dengan lebar 1 meter. Gedung juga dilengkapi dengan peralatan dan fasilitas untuk evakuasi.
Sehari-hari gedung tersebut juga berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat sekitar yang juga dibina untuk membentuk masyarakat yang siap dan siaga dalam menghadapi bencana yang mugkin terjadi di masa yang akan datang, sehingga dapat mengurangi resiko dan korban jiwa.
Di gedung tersebut, ada lapangan bulutangkis, ada beberapa rungan yang dapat difungsikan desa. Diharapkan dapat digunakan masyarakat untuk kepentingan desa, sambil merawat gedung sendiri.
Itulah bangunan kokoh yang saat ini ada di Aceh, sebagai tempat berlindung bila tsunami datang kembali. []
Source : AtjehPost.com
|
JOIN