Kopilot Germanwings yang sengaja menubrukkan pesawatnya ke tebing Gunung Alpen di Prancis Selatan sehingga menewaskan 150 orang di dalamnya, pernah berkata kepada mantan pacarnya bahwa suatu hari nanti semua orang akan mengetahui namanya.
"Suatu hari nanti saya akan melakukan sesuatu yang akan mengubah keseluruhan sistem, dan semua orang akan tahu nama saya dan mengenangnya," kata sang kopilot bernama Andreas Lubitz seperti ditirukan mantan kekasihnya bernama Maria W kepada tabloid Jerman, Bild.
Dalam wawancara dengan Bild, Maria mengaku begitu mendengar pesawat Germanwings itu jatuh dan mengetahui Lubitz sengaja membuat pesawat itu jatuh, dia langsung terikat kata-kata sang kopilot kepadanya tersebut.
Kalimat itu disampikan Lubitz setahun lalu, kata Maria seperti dikutip AFP.
Perekam suara pada kotak hitam menunjukkan bahwa Lubitz (27 tahun) sengaja mencegah pilot masuk lagi ke kokpit dan sengaja menubrukkan pesawat ke tebing gunung, kata para pejabat Prancis.
Mereka menilai langkah sang kopilot adalah mungkin sebagai bunuh diri dan pembunuhan massal.
Perdana Menteri Prancis Manuel Valls sendiri menyatakan semua petunjuk yang mengarah pada adanya "tindakan yang tidak terbayangkan oleh kita: (yakni) kriminal, gila, bunuh diri."
Teroris
Bukankah setiap tindakan yang menyebabkan kematian orang banyak, yang dilakukan satu orang, layak disebut aksi terorisme.
Namun, Jaksa Marseille Brice Robin menolak menyebut Lubitz, warga negara Jerman berusia 28 tahun, teroris. "Tidak ada yang menyarankan aksi Lubitz adalah tindakan teroris, dan memiliki kaitan dengan teroris.
Pernyataan Robin memunculkan perdebatan di media sosial; Twitter, Instagram, dan lainnya.
"Mengapa Lubitz tidak disebut teroris? Apakah karena dia kulit putih dan Kristen? tanya seorang pengguna Twitter.
Lainnya berandai-andai. Salah satunya; "Andai saja pilot itu bernama Arab, atau setidaknya beragama Islam, jaksa wilayah dipastikan akan menyebutnya teroris."
Glen Greenwald, mantan kolumnis kebebasan sipil untuk Guardian, menulis; "Andai saja co-pilot itu bernama Mohammed al-Masaood dan anak imigran Mesir, pemberitaan media pasti berbeda."
Omar Suleiman, direktur Yayasan Pengajaran Islam dan instruktur di Mishkah University, menulis; "Ketika Anda bukan Muslim, Anda seolah layak tidak disebut teroris setelah membunuh banyak orang."
Terkait: Andai Co-Pilot itu Muslim, Dia Disebut Teroris
JOIN