ADA pertanyaan menarik dari seorang teman ketika beberapa waktu yang lalu, ada orang melakukan kampanye “anti tembakau”. Pertanyaannya begini…
“Salahkah Tuhan menghadirkan tembakau di dunia ini ?” (ini berhubungan dengan politik tembakau).
Pertanyaan itu muncul lagi di dalam pikiran saya, ketika sekarang ramai-ramai membicarakan Tanaman Khat. Aparat sedang akan memusnahkan tanaman Khat yang ada di daerah Bogor, Kemarin di Banyumas juga banyak yang telah dimusnahkan.
“Salahkah Tuhan Menghadirkan tanaman Khat di bumi ini ?”
Sepertinya ada yang kurang tepat, ketika belum ada penelitian yang mendalam terkait dengan tanaman khat, manfaatnya apa dan kandungan dari keseluruhan tanaman khat itu apa, tiba-tiba sudah dilakukan pemusnahan.
Ini juga terjadi pada tanaman seperti ganja, yang banyak di daerah Aceh. Apa pernah institusi di Indonesia ini yang serius meneliti tanaman ganja? Apa ada yang serius meneliti tentang khat (banyak di Afrika dan dataran Arabia)? Apa ada yang serius meneliti tentang tanaman opium (banyak di Afghanistan)? Apa ada yang serius meneliti tentang tanaman koka (banyak di Peru) ?
Tanaman Khat |
Ketika kita melihat berita bahwa seorang petani yang menanam Khat di bogor atau di Banyumas, kemudian tanaman khatnya di cabuti dan dimusnahkan (yang mencabut dan memusnahkan seolah-olah paham betul bahwa tanaman itu adalah tanaman sesat, tanaman yang mengandung psikotropika, tanaman yang mengandung chatinone)….rasanya saya ingin protes…
Sementara pabrik-pabrik besar (perusahaan farmasi, mungkin di dalam dan luar negeri) yang memang memproduksi chatinone secara sintetis/campuran dari berbagai bahan kimia. Pabrik besar itu justru semakin eksis.
Pabrik-pabrik farmasi bisa saja membuat zat seperti yang terkandung pada tanaman ganja, koka, opium dengan cara sintetis.
Saya jadi bertanya-tanya, gimana sih Asbabun Nuzulnya terkait dengan larangan tanaman ganja dan lainnya? (Gimana sejarahnya sehingga tanaman ganja dilarang)? Mungkin teman-teman bisa mendiskusikan hal ini.
Menurut saya, ini berkaitan dengan cara berfikir kita sekarang. Kita kadang terlalu reduksionis, kita tidak terlatih untuk berfikir secara holistik.
Memang betul tanaman khat itu mengandung chatinone. Kalau tanaman khat itu dianalisis, menggunakan alat-alat analisis di laboratorium akan mengandung bermacam macam zat, termasuk salah satunya chatinone.
Tanaman Opium |
Tanaman ganja, ketika dianalisis dengan alat-alat analisis yang ada, mengandung banyak zat dan salah satunya adalah zat adiktif. Tembakau kalau dinalisis mengandung banyak zat dan salah satunya adalah nikotin.
Tapi, apakah ketika tercampur dalam sebuah tanaman akan memberikan efek yang sama? Tanaman khat ketika dimakan baik daun, batang dll apakah akan mempunyai efek yang sama bila dibandingkan dengan dikonsumsi hanya chatinonenya saja?
Tanaman Ganja apabila dikonsumsi (di Aceh di buat sebagai sayuran), apakah mempunyai efek yang sama bila dibandingkan dengan mengkonsumsi zat adiktifnya saja?
Sekali lagi, pabrik-pabrik farmasi bisa memproduksi chatinone tanpa menggunakan tanaman khat. Pabrik-pabrik farmasi bisa memproduksi zat-zat yang termasuk dalam psikotropika tanpa menggunakan tanaman ganja.
Akhirnya ada teman saya yang nyeletuk “ mungkin perusahaan besar takut …kalah bersaing dengan tanaman khat, ganja, opium, tembakau dll “. “ kalau ternyata tanaman ganja, khat, tembakau banyak manfaatnya dan petani banyak yang menanamnya bisa jadi perusahaan farmasi gulung tikar”.
“Tuhan menghadirkan tanaman apa saja, pasti ada manfaatnya”.
__________________________________
Agus Mulyono | blog.uin-malang.ac.id
JOIN