Sarajevo - Lebih 2.000 wanita Bosnia, Minggu (7/2), turun ke jalan memprotes larangan berhijab di lembaga peradilan.
"Kami berkumpul untuk memprotes prasangka, diskriminasi, dan marjinalisasi," ujar Samira Zunic Velagic, salah satu penyelenggara aksi protes.
"Larangan mengenakan hijab di lembaga peradilan adalah serangan serius terhadap kehormatan, kepribadian, dan identitas Muslim. Larangan ini bertujuan merampas hak mereka yang bekerja di lembaga peradilan," lanjut Samira.
Protes dipicu keputusan terbaru Dewan Kehakiman Tinggi Bosnia, lembaga yang bertugas mengawasi fungsi peradilan. Dewan memutuskan melarang simbol-simbol keagamaan di lembaga peradilan.
Keputusan tidak secara eksplisit menyebut larangan berhijab. Yang pasti, wanita yang bekerja di lembaga peradilan mulai dilarang mengenakan hijab.
Pemimpin politik dan ulama Bosnia mengutuk larangan ini.
Pedemo berparade sekitar satu jam seraya membawa spanduk bertuliskan; Hijab adalah Pilihan Saya Sehari-hari. Hijab adalah Hak Saya. Hijab adalah Hidup saya.
"Kami datang ke sini untuk mengatakan wanita Bosnia bukan korban hijab. Kami datang untuk membela hak-hak kami. Hijab adalah mahkota kami, kebebasan kami, kehormatan kami," ujar Elisa Harmovac, ibu rumah tangga berusia 33 tahun, kepada AFP.
Sekitar 40 persen warga Bosnia adalah Muslim. Lainnya Kristen Orthodox Serbia dan Katolik. Bagi Muslimah Bosnia, hijab adalah identitas yang dikenakan sejak mulai berjalan.
Saat masih bersama Yugosalvia, pemerintah komunis melarang hijab. Tahun 1992, setelah Yugoslavia runtuh dan Bosnia memproklamirkan kemerdekaan, Muslimah Bosnia serentah mengenakan hijab.
Sebagian kecil mengenakan hijab dengan baik, lainnya hanya berkerudung, dan hanya sedikit yang tidak berhijab. */inl
JOIN